(Gue yg tampang paling kadarluasa)
“Ya gitu deh, kalo gue suka males sama nenek gue. Kalo tante
gue mah gampang izinnya”. Kata Irfan sembari menunggu ramen yang akan datang.
“Kalo gue males sama Oom gue, ga enak aja gitu”. Kata Gue .
“wah iya nih, kita semua yang ada di sini semuanya tinggal
sama oom dan tante”. Sambut Gery.
“Tiga Senasip”. Kata Irfan
“Tapi dari kita bertiga elo yang paling enak Ger, lu diberi
kebebasan buat kemana-kemana. Beda sama gue”. Kata Gue.
“Ahh gak juga, perasaan lu aja kali”. Balas Gery.
Kemudian ada hening yang panjang…
“Gue boros banget beberapa hari ini”. Kata Irfan membuka
percakapan
“Apa bedanya sama gue”. Jawab Gery.
“Kemaren gue ngambil Rp.50.000 , padahal itu bisa buat
seminggu. Tapi 4 hari aja udah habis”. Kata Irfan
“Kalo gue duit itu suka hilang kemana aja , suka khilaf”.
Sambut Gue.
“ahh Gue gak sabar sama bisnis kita nanti”. Lanjut gue.
“Nah iya tuh, gimana kabar bisnis kita Fan?”. Kata gery.
“Ya lagi di pesen, makanya kalian bayar dong. Biar cepet”.
Jawab Irfan
“Ya gue awal maret InsyaAllah”. Kata Gery mengiyakan.
Yah sore itu kami bertiga membicarakan hal-hal sering
dialami orang orang yang bermukim di rumah saudara. Susah dan senang yang kami
hadapi selama di rumah tante. Hehehe
Tak lama setelah itu ramen dengan tingkat kepedasan level 5
pun datang, dan kami dengan tampang kelaparan pun menikmatinya.
Tampang-tampang penuh
ingus pun mengaliri wajah-wajah kami. Ya selain pedas, ramennya juga panas.
Makanya kami semua bersedih.